Senin
(10/6/2013) ini nilai tukar rupiah ada di level Rp9.806 per USD, dari sebelumnya
Rp9.790 per USD, di mana data ini menurut kurs tengah Bank Indonesia (BI).
Tapi, menurut Bloomberg, rupiah tembus Rp10.000.
Ketua Persatuan Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan, ketidakpastian pada kenaikan harga BBM bersubdisi kembali menekan nilai tukar rupiah.
Sigit mengingatkan pemerintah agar segera bisa memutuskan kenaikan harga bbm tersebut. "Saya ingat waktu acara di IBEX kami ingatkan pemerintah apakah kenaikan bbm mau naik atau tidak, pelemahan ini kan dampak ketidakpastian," ujar Sigit.
Sigit menambahkan, selain karena dampak ekonomi global. Kondisi ekonomi di tanah air juga sangat berpengaruh pada kestabilan nilai tukar. "Saya minta sih segera putuskan kenaikan harga, karena kalau tidak pasar akan terus merespon," tukas Sigit.
Lebih lanjut Sigit menambahkan, tekanan nilai tukar juga akan berdampak pada tingginya biaya operasi moneter BI. "ini yang menyebabkan tergerusnya cadangan devisa (cadev) kita," imbuhnya.
Sebelumnya, Sigit juga mendesak pemerintah dihadapan Wapres Boediono untuk segera mengambil kepututsan mengenai kenaikan harga BBM.
"Pak Wapres kami ingin sampaikan titipan imbauan dari para bankir sebagai pelaku industri perbankan kepada pemerintah, khususnya terkait dengan persoalan subsidi BBM. Dengan adanya kepastian soal kenaikan harga BBM, maka kerja keras pemerintah selama ini bisa terealisasi. Namun sebaliknya, jika seperti saat ini, masih dalam ketidakpastian," ucap Sig
Ketua Persatuan Bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengatakan, ketidakpastian pada kenaikan harga BBM bersubdisi kembali menekan nilai tukar rupiah.
Sigit mengingatkan pemerintah agar segera bisa memutuskan kenaikan harga bbm tersebut. "Saya ingat waktu acara di IBEX kami ingatkan pemerintah apakah kenaikan bbm mau naik atau tidak, pelemahan ini kan dampak ketidakpastian," ujar Sigit.
Sigit menambahkan, selain karena dampak ekonomi global. Kondisi ekonomi di tanah air juga sangat berpengaruh pada kestabilan nilai tukar. "Saya minta sih segera putuskan kenaikan harga, karena kalau tidak pasar akan terus merespon," tukas Sigit.
Lebih lanjut Sigit menambahkan, tekanan nilai tukar juga akan berdampak pada tingginya biaya operasi moneter BI. "ini yang menyebabkan tergerusnya cadangan devisa (cadev) kita," imbuhnya.
Sebelumnya, Sigit juga mendesak pemerintah dihadapan Wapres Boediono untuk segera mengambil kepututsan mengenai kenaikan harga BBM.
"Pak Wapres kami ingin sampaikan titipan imbauan dari para bankir sebagai pelaku industri perbankan kepada pemerintah, khususnya terkait dengan persoalan subsidi BBM. Dengan adanya kepastian soal kenaikan harga BBM, maka kerja keras pemerintah selama ini bisa terealisasi. Namun sebaliknya, jika seperti saat ini, masih dalam ketidakpastian," ucap Sig
Ekonom
Standard Chartered (Stanchard) Fauzy Ichsan mengatakan nilai tukar rupiah yang
sempat menembus Rp 10 ribu per dolar Amerika Serikat (AS) akibat ketidakpastian
pemerintah dalam menaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
"Karena dampak ketidakpastian pemerintah dalam menaikan harga BBM bersubsidi sehingga mengakibatkan nilai rupiah sangat anjlok yang sempat tembus Rp 10 ribu per dolar AS," ujar Fauzy, Selasa (11/6/2013).
Menurutnya, jika rupiah mengalami pelemahan terus menerus, maka indeks harga saham gabungan (IHSG) dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) bisa ikutan anjlok.
"Pelemahan rupiah akan memberikan dampak yang sangat tidak baik, bisa menjalar ke IHSG dan pasar SBN juga. Ini yang harus dicermati pemerintah," katanya.
Sementara itu, Ekonom Indef Enny Sri Hartati mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi karena neraca perdagangan Indonesia yang terus menerus mengalami defisit dari akhir tahun 2012 hingga sampai saat ini.
Dengan pelemahan neraca perdagangan mengakibatkan pasokan dan permintaan valuta asing (Valas) terus mengalami pelemahan.
"Neraca perdagangan Indonesia harus diperbaiki, agar tidak mengalami defisit yang terus menerus, maka dari itu pemerintah harus bisa mengatur impor yang tidak berlebihan. Kalau pun tidak bisa diatur lewat impor, bisa lewat ekspor," jelasnya.
Sebab itu nilai tukar rupiah yang melemah dinilai bukan karena dampak kenaikan BBM bersubsidi, melainkan karena faktor neraca perdagangan Indonesia yang defisit.
"Karena dampak ketidakpastian pemerintah dalam menaikan harga BBM bersubsidi sehingga mengakibatkan nilai rupiah sangat anjlok yang sempat tembus Rp 10 ribu per dolar AS," ujar Fauzy, Selasa (11/6/2013).
Menurutnya, jika rupiah mengalami pelemahan terus menerus, maka indeks harga saham gabungan (IHSG) dan pasar Surat Berharga Negara (SBN) bisa ikutan anjlok.
"Pelemahan rupiah akan memberikan dampak yang sangat tidak baik, bisa menjalar ke IHSG dan pasar SBN juga. Ini yang harus dicermati pemerintah," katanya.
Sementara itu, Ekonom Indef Enny Sri Hartati mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah terjadi karena neraca perdagangan Indonesia yang terus menerus mengalami defisit dari akhir tahun 2012 hingga sampai saat ini.
Dengan pelemahan neraca perdagangan mengakibatkan pasokan dan permintaan valuta asing (Valas) terus mengalami pelemahan.
"Neraca perdagangan Indonesia harus diperbaiki, agar tidak mengalami defisit yang terus menerus, maka dari itu pemerintah harus bisa mengatur impor yang tidak berlebihan. Kalau pun tidak bisa diatur lewat impor, bisa lewat ekspor," jelasnya.
Sebab itu nilai tukar rupiah yang melemah dinilai bukan karena dampak kenaikan BBM bersubsidi, melainkan karena faktor neraca perdagangan Indonesia yang defisit.
sumber :
http://cybernews.cbn.net.id/cbprtl/cybernews/detail.aspx?x=Economy&y=cybernews|0|0|3|20491
http://economy.okezone.com/read/2013/06/10/278/819695/perbanas-rupiah-tertekan-ketidakpastian-harga-bbm
0 komentar:
Posting Komentar