Pages

Jumat, 01 Februari 2013



Tahun 2013 diawali dengan sebuah bencana penuh kepiluan. Jakarta, sebuah ibukota negara dan kota metropolitan besar harus mengalami banjir yang menghancurkan.  

Beberapa minggu yang lalu Jakarta menjadi kota penuh kekacauan. Antrian kendaraan memadati jalan-jalan utama. Penduduk berhamburan ke tempat-tempat tinggi, memadati sekolah, tempat-tempat ibadah, kantor kelurahan hingga kecamatan. Kepanikan melanda sebagian besar penduduk di tepi-tepi sungai. Perahu karet hilir mudik mengevakuasi warga.

Bermula dari hujan deras di Jakarta dan sekitarnya sejak tiga hari lalu, ibukota negara itu disergap banjir di segala penjuru. Tercatat ada 40an titik banjir yang membuat warga berhamburan dari rumahnya yang nyaman.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, wilayah yang terendam air seluas 41 kilometer (km) persegi atau 8 persen dari seluruh wilayah DKI Jakarta. Dari jumlah itu, wilayah terberat ada di sekitar Jakarta Barat dan Jakarta Utara.

Tanpa bisa dihindari lagi, bencana banjir ini mengakibatkan kerugian harta benda hingga hilangnya nyawa. Ini tentu bukan merupakan hal sepele. Hilangnya nyawa para korban banjir pun menjadi persoalan utama. Tanggul jebol maupun air bah yang datang tiba-tiba saat warga tidak siap mengakibatkan banyaknya korban hanyut dan tenggelam. Air kotor yang masuk ke rumah-rumah, buruknya sanitasi, dan tempat pengungsian seadanya menyebabkan cepatnya penyebaran penyakit kulit, infeksi dan berkembangnya bakteri. Para korban pun rentan terhadap penyakit pasca banjir. Hal-hal ini  yang seharusnya bisa dihindari untuk memperkecil jumlah korban meninggal akibat musibah banjir.



Ribuan bangunan terendam banjir dan sarana serta prasarana pun hancur. Kerugian paling menyolok tampak di sektor bisnis. Sejumlah kawasan bisnis di Jakarta dilanda banjir. Dari kawasan industri di hingga gedung perkantoran. Jumlah kerugian pun sangat besar, dalam sehari kerugian ditaksir mencapai milyaran rupiah. Bagaimana tidak, semua kegiatan pekerja berhenti total. Karyawan perkantoran, suplai logistik dan pengiriman terhambat, bahkan pertemuan-pertemuan penting antar perusahaan dibatalkan.

Dampak jangka panjang banjir Jakarta adalah rusaknya sarana dan prasarana. Tanggul-tanggul yang hancur serta rusaknya ruas jalan utama tentu menyumbang kerugian yang besar. Kerusakan ini seharusnya terlebih dulu dibenahi dibanding kerusakan yang lain, karena menyangkut kepentingan orang banyak.

Jika banjir terus terjadi hingga bulan Februari, bisa dibayangkan kerugian yang melanda para korban banjir serta pebisnis itu. Korban mengungsi bahkan korban meninggal bisa terus bertambah. Serta bagi pengusaha bisa akan gulung tikar dan nenambah jumlah pengangguran di Indonesia.
sumber : http://www.gatra.com/fokus-berita/23363-menakar-kerugian-banjir-jakarta.html

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright (c) 2010 PIPIT's Blog. Design by Wordpress Themes.

Themes Lovers, Download Blogger Templates And Blogger Templates.